Makalah
Sejarah
Peradaban Islam
Perkembangan
Peradaban Arab Pra-Islam
Oleh
Ahmad
Hanafi
Muhammad
Harun
Faqiruddin
Nurkloliq
Dosen
Drs.Ronggo Warsito,M.Pdi
INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT)2013
FAKULTAS TARBIYAH PRODI (PAI)
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa sebelum
kedatangan Islam dikenal dengan zaman jahiliyah. Dalam Islam, periode jahiliyah
dianggap sebagai suatu kemunduran dalam kehidupan beragama. Pada saat itu
masarakat Arab jahiliyah mempunyai kebiasaan-kebiasaan buruk seperti meminum
minuman keras, berjudi, dan menyembah berhala. Melihat peristiwa diatas, apakah
keadaan pada zaman jahiliyah itu terjadi juga pada zaman sekarang ini?
B..Rumusan Masalah
1. Bangsa Arab Sebelum Islam Datang
2. Keberagaman Bangsa Arab sebelum Islam
Datang
3. Kebudayaan Bangsa Arab sebelum Islam Datang
C.
Tujuan
1.
Mengkaji
kehidupan bangsa Arab sebelum datangnya Islam.
2.
Mengetahui
sejarah kehidupan dan keberagaman Bangsa Arab sebelum Islam.
3.
Melihat
kondisi Bangsa Arab dalam aspek-aspeknya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Bangsa Arab Sebelum Islam Datang
Menurut bahasa, ‘Arab artinya padang pasir, tanah gundul
dan gersang yang tiada air dan tanamannya. Sebutan
dengan istilah ini sudah diberikan sejak dahulu kala kepada jazirah Arab, sebagaimana
sebutan yang diberikan kepada suatu kaum yang disesuaikan dengan daerah
tertentu atau nama dari leluhur terdahulu, lalu mereka menjadikan namanya
sebagai tempat tinggal.
Kata Arab pertama
kali muncul pada abad ke-9 sebelum masehi. Bangsa Arab tidak selalu terdiri
orang-orang Islam, tapi juga orang Kristen dan Yahudi. Beberapa
buktinya adalah adanya perabadan Nabath yang didirikan
oleh bangsa Arab beragama Kristen.[1]
Bangsa Arab
pada umumnya berwatak berani, keras, dan bebas. Mereka telah lama mengenal
agama. Nenek moyang mereka pada mulanya memeluk agama Nabi Ibrahim. Akan
tetapi, akhirnya ajaran itu pudar. Untuk menampilkan keberadaan Tuhan mereka
membuat patung berhala dari batu, yang menurut perasaan mereka patung itu dapat
dijadikan sarana untuk berhubungan dengan Tuhan. Kebudayaan mereka yang paling
menonjol adalah
bidang sastra
bahasa Arab, khususnya syair Arab. Perekonomian penduduk negeri Mekah umumnya
baik karena mereka menguasai jalur darat di seluruh Jazirah Arab.
B.
Keberagaman Bangsa
Arab sebelum Islam Datang
Sebelum Islam
datang, bangsa Arab telah menganut berbagai macam agama, adat istiadat, akhlak
dan peraturan-peraturan hidup. Ketika agama Islam datang, agama baru ini pun
membawa pembaruan di bidang akhlak, hukum, dan peraturan-peraturan tentang
hidup. Dengan demikian, bertemulah agama Islam dengan agama-agama jahiliah atau
peraturan-peraturan Islam dengan peraturan-peraturan bangsa Arab sebelum Islam.
Kemudian, kedua paham dan kepercayaan itu saling berbenturan dan bertarung
dalam waktu yang lama.
Faktor alam
merupakan satu hal yang dapat mempengaruhi kehidupan beragama pada suatu
bangsa. Hal itu dapat dibuktikan oleh penyelidik-penyelidik ilmiah yang
menunjukkan bahwa Jazirah Arab dahulunya subur dan rnakmur. Karena faktor alam
itu pula boleh jadi rasa keagamaan telah timbul pada bangsa Arab semenjak lama.
Semangat keagamaan yang amat kuat pada bangsa Arab itulah yang menjadi dorongan
mereka untuk melawan dan memerangi agama Islam di saat Islam datang. Mereka
memerangi agama Islam karena mereka amat kuat berpegang dengan agama mereka
yang lama yaitu kepercayaan yang telah mendarah daging pada jiwa mereka.
Andaikata mereka acuh tak acuh dengan agama, tentu mereka membiarkan agama
Islam berkembang, tetapi kenyataannya tidak demikian. Agama Islam mereka
perangi mati-matian sampai mereka kalah.
Sampai saat ini
pun bangsa Arab, baik dia seorang ulama atau tidak, terhadap agamanya mereka
sangat bersemangat. Agama itu disiarkan serta dibela dengan sekuat tenaganya.
Semangat beragama mereka umumnya bersifat kulitnya saja. Adapun ibadah dan
praktik-praktik keagamaan sering
ditinggalkan oleh Arab Badui.[2]
Watak mereka yang amat mencintai hidup bebas dari keterikatan menjadi sebab
mereka ingin bebas dari aturan agama. Mereka sudah lama merasa bosan dan kesal
terhadap agamanya karena dianggap sebagai pengikat kemerdekaannya sehingga
selalu menyelewengkan agama mereka sendiri. Ada di antara mereka yang menyembah
pohon-pohon kayu. Ada yang menyembah bintang-bintang, batu-batuan,
binatang-binatang, bahkan menyembah raja-raja. Cara ini mereka lakukan karena mereka
merasa sukar mempercayai Tuhan yang abstrak, sehingga akhirnya mereka
menjadikan sesuatu benda yang dianggapnya sebagai Tuhan bayangan.
Mengenai
kepercayaan keaga-maan, bangsa Arab merupakan salah satu dari bangsa-bangsa
yang telah mendapat petunjuk. Mereka dahulu telah mengikuti agama Nabi Ibrahim.
Karena terputus dengan nabi sebagai juru penerang, meraka lantas kembali lagi
menyembah berhala. Berhala-berhala mereka terbuat dari batu dan ditegakkan di
Kakbah. Dengan demikian agama Nabi Ibrahim bercampur aduk dengan kepercayaan
keberhalaan. Kemudian keyakinan terhadap Nabi Ibrahim itu telah benar-benar
kalah dengan kepercayaan keberhalaan.
Ibnu Kalbi
menyatakan bahwa yang menye-babkan bangsa Arab menyembah batu atau berhala
adalah karena siapa saja yang meninggalkan kota Mekah selalu membawa sebuah
batu. Diambilnya dari batu-batu yang ada di tanah haram Kakbah. Jika telah
berbuat demikian, mereka telah merasa dirinya terhormat dan cinta terhadap kota
Mekah. Selanjutnya, di mana-mana mereka berhenti atau menetap, diletakkannya
batu itu, dan mereka tawaf (mengelilingi) batu itu, seolah-olah mereka telah
mengelilingi Kakbah. Sesungguhnya mereka masih tetap memuliakan Kakbah dan kota
Mekah, serta masih mengerjakan haji dan umrah, tetapi mereka tetap saja menyembah
apa yang mereka sukai. Berhala-berhala yang ada di negeri mereka dahulunya
adalah batu yang dibawa dari Kakbah ; (Mekah), yang kemudian mereka muliakan.
Mereka juga mendirikan rumah-rumah untuk menempatkan batu berhalanya, sementara
itu Kakbah masih tetap mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia. Di antara
berhala-berhala itu ada yang mereka pindahkan ke Kakbah, yang akhirnya Ka’bah dipenuhi
dengan berhala-berhala. Mereka tidak lupa akan kedudukan Ka’bah yang mulia sehingga mereka tidak mau
meletakkan batu-batu berhala itu di tempat yang lain, kecuali dekat dengan Ka’bah.
Mereka juga tidak mau naik haji, kecuali hanya ke Mekah.
Nama-nama
berhala yang mereka sembah antara lain Hubal yakni berhala yang terbuat dari
batu akik berwarna merah dan berbentuk manusia. Hubal, dewa mereka yang
terbesar I diletakkan di Kakbah, kemudian Al Lata, berhala yang paling tua,
berhala Al Uzza, serta Manah. Mereka mengakui berhala tersebut sebagai Tuhan
mereka dan memujanya karena dianggapnya hebat. Mereka menyembah berhala-berhala
itu sebagai perantara kepada Tuhan. Jadi pad hakikatnya, bukanlah
berhala-berhala itu yang mereka sembah, tetapi sesuatu yang hebat di balik
berhala-berhala itu. Untuk mendekatkan diri kepada dewa atau Tuhan-Tuhan itu,
merek rela berkorban dengan menyajikan binatang ternak. Bahkan pernah pada
suatu ketika mereka mempersembahkan manusia sebagai korban kepada dewa-dewa dan
Tuhan mereka. Kepada
berhala-berhala
itu, mereka mengadukan nasibnya, persoalan, atau problem hidupnya serta meminta
pendapat atau memohon restunya jika akan mengerjakan sesuatu yang penting.
C.
Kebudayaan Bangsa
Arab sebelum Islam Datang
Bangsa Arab termasuk bangsa yang
memiliki rasa seni yang tinggi. Salah satu buktinya ialah bahwa seni bahasa
Arab (syair) merupakan suatul seni yang paling indah yang amat dihargai dan
dimuliakan oleh bangsa tersebut. Mereka amat gemar berkumpul mengelilingi
penyair-penyair untuk mendengarkan syair-syairnya.[3]
Seorang penyair mempunyai kedudukan
yang amat tinggi dalam masyarakat Arab. Bila pada suatu suku/kabilah muncul
seorang penyair, maka berdatanganlah utusan dari kabilah-kabilah lain untuk
mengucapkan selamat kepada kabilah itu. adakan adalah untuk menghormati sang
penyair.
Diceritakan. ketika al-A'sya mendengar diutusnya Nabi Muhammad Saw dan
berita mengenai kedermawanannya, maka penyair ini sengaja datang ke kota Mekkah
dengan membawa suatu kasidah yang telah dipersiapkan untuk memuji Nabi Muhammad
Saw. Namun,
sayang sekali maksud baik ini dapat digagalkan oleh pemuka bangsa Quraisy.
Ketika Abu Sufyan mendengar kedatangan al-A'sya, Abu Sufyan langsung berkata
kepada para pemuka Quraisy:
"Demi Tuhan, bila al-A'sya bertemu dengan Muhammad dan memujinya,
maka pasti dia akan mempengaruhi bangsa Arab untuk mengikuti Muhammad. Karena
itu, sebelum itu terjadi, kumpulkanlah seratus ekor unta dan berikan kepadanya
agar tidak pergi menemui Muhammad".[4]
Mereka mengadakan perlombaan bersyair
dan syair-syair yang terbagus biasanya mereka gantungkan di dinding Kakbah
tidak jauh dari patung-patung pujaan mereka agar dinikmati banyak orang, Jika
syairnya itu telah digantungkan di dinding Kakbah, sudah pasti suku/kabilah
tersebut naik pula martabat dan kemuliaannya. Dengan demikian, potret seluruh
kebudayaan bangsa Arab telah tertuang dan tergambar di dalam karya syair-syair
mereka.
D.
Kondisi bangsa Arab sebelum Islam
dalam Aspek: Sosial Budaya, Agama, dan Ekonomi
a)
Aspek Sosial-Budaya bangsa Arab
Pra- Islam
Sebagian besar daerah Arab adalah daerah gersang dan tandus,
kecuali daerah Yaman yang terkenal subur. Sebagai imbasnya, mereka yang hidup
di daerah itu menjalani hidup dengan cara pindah dari suatu tempat ke tempat
lain. Mereka tidak betah tinggal menetap di suatu tempat. Mereka tidak mengenal
hidup cara lain selain pengembaraan itu. Seperti juga di tempat-tempat lain, di
sini pun (Tihama, Hijaz, Najd, dan sepanjang dataran luas yang meliputi
negeri-negeri Arab) dasar hidup pengembaraan itu ialah kabilah. Kabilah-kabilah
yang selalu pindah dan pengembara itu tidak mengenal suatu peraturan atau
tata-cara seperti yang kita kenal. Mereka hanya mengenal kebebasan pribadi, kebebasan
keluarga, dan kebebasan kabilah yang penuh. [5]
Keadaan itu menjadikan loyalitas mereka terhadap kabilah di
atas segalanya. Ciri-ciri ini merupakan fenomena universal yang berlaku di
setiap tempat dan waktu. Bila sesama kabilah mereka loyal karena masih kerabat
sendiri, maka berbeda dengan antar kabilah. Interaksi antar kabilah tidak
menganut konsep kesetaraan; yang kuat di atas dan yang lemah di bawah. Ini
tercermin, misalnya, dari tatanan rumah di Mekah kala itu. Rumah-rumah Quraysh
sebagai suku penguasa dan terhormat paling dekat dengan Ka’bah lalu di belakang
mereka menyusul pula rumah-rumah kabilah yang agak kurang penting kedudukannya
dan diikuti oleh yang lebih rendah lagi, sampai kepada tempat-tempat tinggal
kaum budak dan sebangsa kaum gelandangan. Semua itu bukan berarti mereka tidak
mempunyai kebudayaan sama-sekali.
Fakta di atas menunjukkan bahwa pengertian Jahiliah yang
tersebar luas di antara kita perlu diluruskan agar tidak terulang kembali salah
pengertian. Pengertian yang tepat untuk masa Jahiliah bukanlah masa kebodohan
dan kemunduran, tetapi masa yang tidak mengenal agama tauhid yang menyebabkan
minimnya moralitas.
b)
Agama bangsa Arab Pra-Islam
Paganisme,[6]
Yahudi, dan Kristen adalah agama orang Arab pra-Islam. Pagan adalah agama
mayoritas mereka. Ratusan berhala dengan bermacam-macam bentuk ada di sekitar
Ka’bah. Yahudi dan Kristen dianut oleh para imigran yang bermukim di Yathrib
dan Yaman. Tidak banyak data sejarah tentang pemeluk dan kejadian penting agama
ini di Jazirah Arab, kecuali di Yaman..
Salah satu corak beragama yang ada sebelum Islam datang
selain tiga agama di atas adalah Ḥanifiyah, yaitu sekelompok orang
yang mencari agama Ibrahim yang murni yang tidak terkontaminasi oleh nafsu
penyembahan berhala-berhala, juga tidak menganut agama Yahudi ataupun Kristen,
tetapi mengakui keesaan Allah. Mereka berpandangan bahwa agama yang benar di
sisi Allah adalah Ḥanifiyah.
c)
Ekonomi bangsa Arab Pra-Islam
Sebagian besar daerah Arab adalah
daerah gersang dan tandus, kecuali daerah Yaman yang terkenal subur dan bahwa
ia terletak di daerah strategis sebagai lalu lintas perdagangan. Ia terletak di
tengah-tengah dunia dan jalur-jalur perdagangan dunia, terutama jalur-jalur
yang menghubungkan Timur Jauh dan India dengan Timur Tengah melalui jalur darat
yaitu dengan jalur melalui Asia Tengah ke Iran, Irak lalu ke laut tengah,
sedangkan melalui jalur laut yaitu dengan jalur Melayu dan sekitar India ke
teluk Arab atau sekitar Jazirah ke laut merah atau Yaman yang berakhir di Syam
atau Mesir. Oleh karena itu, perdagangan merupakan andalan bagi kehidupan
perekonomian bagi mayoritas negara-negara di daerah-daerah ini.
Perekonomian orang Arab pra-Islam yang sangat bergantung
pada perdagangan daripada peternakan apalagi pertanian. Mereka dikenal sebagai
pengembara dan pedagang tangguh. Mereka juga sudah mengetahui jalan-jalan yang
bisa dilalui untuk bepergian jauh ke negeri-negeri tetangga.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam penulisan makalah ini, dapat
dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
1. Masa sebelum
kedatangan Islam dikenal dengan zaman jahiliyah. Dalam Islam, periode jahiliyah
dianggap sebagai suatu kemunduran dalam kehidupan beragama.
2. Sebelum Islam datang, bangsa Arab telah menganut berbagai
macam agama, adat istiadat, akhlak dan peraturan-peraturan hidup.
3. Perekonomian orang Arab pra-Islam
yang sangat bergantung pada perdagangan daripada peternakan apalagi pertanian.
B.
Saran
Mempelajari
Sejarah-sejarah Islam amatlah penting, terutama bagi pelajar-pelajar agama Islam
dan pemimpin-pemimpin islam. Dengan mempelajari Sejarah-sejarah Islam kita
dapat mengetahui sebab kemajuan dan kemunduran islam. Sebagai umat Islam,
hendaknya kita mengetahui sejarah tersebut guna menumbuhkembangkan wawasan
generasi mendatang di dalam pengetahuan sejarah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia,Sejarah
Arab Pra Islam
Halim Barakat,Dunia Arab
Masyarakat, Budaya dan Negara, Nusamedia,2013
Bahrudinonline.netne.net,Kedudukan penyair Dalam Masyarakat
Arab
[1] Wikipedia,Bangsa Arab
[2]
Wikipedia Suku Badui atau Badawi adalah sebuah suku
pengembara yang ada di Jazirah
Arab. Sebagaimana suku-suku pengembara lainnya, suku Badui
berpindah dari satu tempat ke tempat lain sembari mengggembalakan kambing.Suku
Badui merupakan salah satu dari suku asli di Arab.
Perawakan suku Badui yang khas menyebabkan suku ini dapat langsung dikenali.
Perawakannya sebagaimana ditulis dalam buku-buku sejarah Arab: suku ini
berperawakan tinggi, dengan hidung mancung. Lain halnya dengan suku pendatang
yang ada di Arab, suku Badui tetap mempertahankan budaya dan cara hidup
mengembara.
[3]
Wikipedia, Syair adalah salah satu jenis puisi
lama. Ia berasal dari Persia ... Kata syair
berasal dari bahasa Arab syu’ur yang berarti perasaan
[4] Bahrudinonline.netne.net,Kedudukan penyai
Dalam Masyarakat Arab
[6] Wikipedia,Paganisme adalah sebuah
kepercayaan/praktik spiritual penyembahan terhadap berhala yang pengikutnya disebut
Pagan. Pagan pada zaman kuno percaya bahwa terdapat lebih dari satu dewa dan dewi dan untuk
menyembahnya mereka menyembah patung, contoh Mesir Kuno, Yunani Kuno, Romawi Kuno, dan lain-lain
No comments:
Post a Comment