Tiga Hal Penyelamatan dan Penebusan
Dalam konteks kondisi iman yang
selalu fluktuatif, maka ketiga treatmen ini sangatlah bermanfaat untuk selalu
diingat. Pertama, merasa takut kepada Allah swt secara lahir maupun
bathin. Kedua, hidup dengan sederhana. Dan ketiga, tetap berlaku adil
baik dalam keadaan longgar maupun dalam kondisi emosi.
إن الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى
ودين الحق ليظهره على الدين كله. أرسله بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا
منيرا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد
ان محمدا عبده و رسوله. ارفع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد
وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته
ولاتموتن الا وأنتم مسلمون
Pada kesempatan ini pertama-tama
khatib ingin mengajak diri sendiri dan jama’ah semua untuk meningkatkan taqwa.
Sesungguhnya taqwa itu Bermula dari menghindar larang-larangannya.
Dinamika kehidupan selalu saja
berubah dan berkembang. Demikian pula kehidupan manusia sebagai makhluk sosial
yang selalu berurusan dengan sesamanya -hablum minannas- ataupun
berhubungan dengan Tuhannya -hablum minallah-. Dalam proses sosialisasi
inilah manusia sering menemukan pengalaman baru sebagaimana selalu berubahnya
kondisi kehidupan ini yang turut mempengaruhi kehidupan dan pola pikirnya.
Bahkan mempengaruhi juga pada nuansa hubungan dengan Tuhannya. Disinilah
aplikasi dari hadits al-imanu yazid wa yanqush bahwa iman itu terkadang
tambah (menebal), terkadang pula berkurang (menipis).
Tentunya semua umat muslim berharap
kondisi iman yang ada dalam dirinya akan terus stabil kalaupun tidak selalu
bertambah. Namun seringkali tidak demikian, karena setan yang diberi tugas
menggoda manusia selalu saja memiliki trik yang menarik untuk menjadikan
manusia muslim pembelot yang taat. Kesadaran ini harus selalu tertanam dalam
diri kita, karena dosa yang disertai dengan rasa bersalah lebih baik dari pada
keta’atan yang dibarengi dengan kepuasan.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Sehubungan dengan kondisi ini ada
baiknya kita menengok hadits Rasulullah saw yang seolah menjelaskan kepada kita
betapa manusia itu sangat rapuh untuk bertahan melawan godaan, tetapi bersama
itu Allah Dzat Yang Maha Pemurah juga selalu menyediakan langkah untuk
membendung godaan beserta hadiah bagi mereka yang berhasil bertahan. Hadits
tersebut sebagaimana diterangkan dalam Syarah Nashaihul ‘Ibad karya
Syaikh Nawawi Al-Bantani berbunyi:
ثلاث
منجيات وثلاث مهلكات وثلاث درجات وثلاث كفارات. اما المنجيات فخشية الله فى السر
والعلانية والقصد فى الفقر والغنى والعدل فى الرضى والغضب. و اما المهلكات فشح
شديد وهوى متبع وإعجاب المرء بنفسه. واما الدرجات فإفشاء السلام وإطعام الطعام
والصلاة بالليل والناس نيام. واما الكفارات فاسباغ الوضؤ فى السبرات ونقل الاقدام
الى الجماعات وانتظار الصلاة بعد الصلاة.
Hadits ini dapat dibagi menjadi
empan bagian utama, bagian pertama menerangkan tiga hal yang dapat
menyelamatkan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Ketiga hal tersebut
adalah:
اما
المنجيات فخشية الله فى السر والعلانية والقصد فى الفقر والغنى والعدل فى الرضى
والغضب
Pertama, merasa takut kepada
Allah swt secara lahir maupun bathin. Kedua, hidup dengan sederhana, dan
ketiga, berlaku adil baik dalam keadaan longgar maupun dalam kondisi emosi.
Dalam konteks kondisi iman yang
selalu fluktuatif, maka ketiga treatmen ini sangatlah bermanfaat untuk selalu
diingat. Takut kepada Allah swt artinya takut akan berbagai siksaan dan
ancamannya. Mereka yang takut akan pedihnya siksa neraka tentu akan berusaha
menghindar dan lari sejauh-jauhnya dari hal-hal yang menyebabkan kita menjadi
penghuninya. Sebagaimana tunggang langgang mereka yang menghindar bertemu singa
atupun ular karena sangat takutnya.
Kedua hidup sederhana dan sewajarnya
saja walaupun dalam kondisi berlebih, apalagi dalam kondisi kurang. Tentunya
hal ini adalah kritik akan tingginya konsumerisme yang berakar dari nafsu ingin
memiliki dan pamer. Padahal yang demikian itu adalah pekerjaan setan, innal
mubadzdzirina kanu ikhwanas syayathin.
Dan ketiga berusaha seadil dan
sebijaksana mungkin walaupun sedang kondisi emosi. Sesungguhnya emosi adalah
pintu masuk bagi setan menguasai manusia. Lihat saja ketika seseorang marah,
maka akal yang rasional itu tidak lagi berfungsi. Apakah ketika foto pengantin
dibanting masakan itu akan menjadi asin? Mereka yang marah akan kehilangan akal
dan dikuasai setan. Al-ghadhab yuzilul aqla.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah
Itulah tiga hal utama yang kiranya
dapat dijadikan pegangan bagi seorang muslim dalam kehidupan kesehariannya agar
iman yang ada tidak mudah surut menipis. Sekaligus hendaknya seorang muslim
juga menghindarkan diri dari tiga hal perusak yang akan menurunkan kwalitas
iman manusia diantaranya:
و
اما المهلكات فشح شديد وهوى متبع وإعجاب المرء بنفسه
Pertama, pelit yang amat sangat.
Kedua, menuruti hawa nafsu. Dan ketiga ujub (merasa puas dengan diri sendiri).
Ketiga hal ini dinilai sebagai unsur
perusak jika berdiam dalam diri seseorang. Sangat Pelit atau kikir amat sangat
adalah penghalang seseorang dekat sesama makhluk, apalagi dengan Allah swt,
pasti akan semakin jauh. Dan sebaliknya kikir akan membawa seseorang mendekat
pada neraka. Bukakah demikian bunyinya an-naru darul bukhala’ bahwa
neraka adalah rumah bagi mereka yang kikir.
Adapun unsur perusak kedua adalah
hawa nafsu yang terlalu dimanja. Artinya, seseorang yang menuruti hawa nafsunya
berarti merusak diri dan imannya sendiri. Karena hawa nafsu senantiasa condong
pada berbagai maksiat yang melanggar aturan-aturan Allah swt. Untuk unsur kedua
ini sudahlah maklum adanya. Sehingga Allah berfirman wala tattabiul
hawa…janganlah engkau sekalian menuruti hawa nafsumu.
Adapun ujub merupakan satu unsur
perusak. Ujub adalah merasa diri paling benar dan paling baik sehingga
menimbulkan rasa bangga dan takjub pada diri sendiri sehingga menjadikan yang
bersangkutan lalai bahwa apa pada dirinya saat ini merupakan nikmat Allah swt.
Ujub bila selalu dipupuk sangatlah berbahaya, ia akan menyebabkan seseorang
merasa menjadi tuhan dalam dirinya sendiri. Karena sejatinya ujub adalah
kesombongan yang tersembunyi. Dan jika telah terjangkit penyakit sombong maka
ingatlah hadits Rasulullah saw yang artinya tidak akan masuk surga orang yang
di dalam hatinya terbersit sifat sombong walaupun sebesar dzarrah.
Hadirin Jama’ah Jum’ah yang
Dirahmati Allah
Demikian tiga unsur perusak utama
yang harus diwaspadai. Meskipun Allah swt telah menyiapkan tiga program yang
dapat mengangkat derajat seorang muslim yaitu:
واما
الدرجات فإفشاء السلام وإطعام الطعام والصلاة بالليل والناس نيام
Pertama menyebarkan salam. Kedua,
memberi makan . Dan ketiga, shalat di tengah malam ketika yang lain terlelap
tidur.
Jika dianalisis maka program pertama
merupakan usaha perluasan jaringan. Dengan berucap salam kepada siapapun baik
yang kenal maupun tidak kenal, berarti kita telah membangunkan kembali rasa
persaudaraan sesama muslim, yang secara otomatis melenyapkan perasaan saling
mencurigai (su’udh dhan). Ini adalah awal bagus untuk dilanjutkan dalam langkah
selanjutnya memperluas silaturrahim sesama umat muslim. Adapun memberi makan
sebagai program peningkatan derajat seorang muslim yang kedua merupakan
aplikasi dari teori bersedekah saling berempati atas nasib sesama muslim. Dalam
taraf tertentu ini merupakan program pengentasan kemiskinan secara bertahap.
Dan program ketiga, adalah shalat
dalam sepinya tengah malam ketika yang lain sedang terlelap tidur. Tepatya di
sepertiga terakhir malam yang tersisa. Waktu ini adalah ruang spesial yang
dapat difungsikan oleh seseorang untuk mengevaluasi dirinya dan kehidupannya
selama ini. Baik yang berhubungan dengan sesama ataupun dengan Yang Maha Kuasa.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Itulah tiga kategori penting dalam
hadits ini mulai dari sisi keselamatan, unsur perusak dan program peningkatan
derajat. Meski demikian Allah swt dengan ke-Maha Murahannya masih memberikan kepada
umat muslim tiga hal sebagai penebus jikalau sampai terjadi khilaf. Ketiga hal
tebusan tersebut adalah
واما
الكفارات فاسباغ الوضؤ فى السبرات ونقل الاقدام الى الجماعات وانتظار الصلاة بعد
الصلاة.
Pertama, menyempurnakan wudhu ketika hawa sangat dingin. Kedua,
melangkahkan kaki untuk shalat jama’ah dan ketiga sengaja menunggu waktu shalat
ketika telah usai melaksanakan shalat .
Ketiga hal ini dianggap pahalanya
mampu menggantikan -meskipun tidak berarti menghapus- berbagai kesilapan yang
telah terjadi. Hal itu karena beratnya menjalankan ketiga hal ini, pertama
menyempurnakan wudhu dalam kondisi sangat dingin. Artinya, seseorang yang
dengan gigih melawan rasa dingin demi mengambil air wudhu yang akan
dipergunakannya untuk beribadah menunjukkan kegigihannya mengedepankan
pengabdian kepada Allah swt mengalahkan kepentingannya sendiri. Bahkan rasa
dingin yang menusuk tulangnya itu sama sekali tidak diindahkannya.
Kedua, melangkahkan kaki untuk
shalat jama’ah. Artinya, menyengaja dengan niat penuh melaksanakan shalat
jama’ah. Sesungguhnya shalat jama’ah itu keutamannya dua puluh tujuh kali
dibandingkan dengan shalat sendiri. Begitu pentingnya posisi shalat jama’ah
hingga Allah swt menjanjikan fadhilah yang sangat tinggi karena shalat jama’ah
yang pada dasarnya merupakan urusan dengan Allah swt, ternyata mengandung
hikmah yang sangat luas. Diantaranya dengan shalat jama’ah seseorang akan
berjumpa dengan sesama muslim lain yang memungkinkan terjalinnya silaturrahim
antar mereka. Selain itu shalat jam’ah juga dapat menjadi tanda syiar dan
kokohnya agama Islam. Sehingga pemeluk agama lain akan merasa kagum dengan
solidaritas dan ketaatan umat muslim yang selalu berkumpul lima kali dalam
sehari.
Dan yang terakhir adalah menunggu
waktu shalat tiba setelah melakukan shalat. Maksudnya adalah ketika seseorang
usai dengan shalat maghrib lalu tidak menggeser diri dari masjid/mushalla
dengan tujuan menunggu shalat isya, maka itu adalah bukti pengorbanan seseorang
untuk mengutamakan urusan ibadah di atas urusan lainnya. Artinya dengan mennggu
waktu shalat selanjutnya, seseorang berarti menghentikan kegiatan lainnya dan
segala urusannya hanya untuk menghadap kepada Allah swt.
Jama’ah Jum’ah yang Berbahagia,
Demikianlah tiga hal dalam
empat kategori yang diterangkan Rasulullah saw kepada umatnya. Semoga kita
senantiasa mampu menjaga diri dan iman kita dengan memanfaatkan peluang yang
diberikan Allah swt Yang Maha Pemurah.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا
ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ
وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ
وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ
عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَرْ
sumber nu.or.id
No comments:
Post a Comment