IMPERILIASME AGAMA, BENARKAH?
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, imperialisme adalah sistem politik yang bertujuan menjajah negara lain untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan yang lebih besar. Sedangkan agama adalah,ajaran yang mengatur tata keimanan (kepercayaan)dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta manusia dan lingkungannya:-Islam;-Kristen;-Budha (KBBI)
Mungkin anda sepakat dengan kesimpulan saya; bahwa agama adalah suatu ajaran atau cara untuk menjalin hubungan antara pribadi dengan Tuhan, sesama manusia dan juga lingkungannya. Semakin dekat semakin mesra. Tidak ada permusuhan,hasud (dengki),iri, dll. Artinya, orang yang beragama akan mempunyai rasa persaudaran yang tinggi, baik dengan komunitas agamanya sendiri, ataupun lainnya.
Indonesia, sebagai negara kepulauan dan beragam suku, mempunyai budaya yang di wariskan turun temurun hingga saat ini. Benar atau tidaknya suatu budaya,masyarakat sendiri yang menilai berdasarkan kesepakan. Seolah-olah,adat kebudayaan menjadi agama suatu kaum sebelum agama Tuhan datang.
Lalu datanglah agama langit. Suatu ajaran (dogma) yang di turunkan Tuhan kedunia untuk mengatur kehidupan manusia agar lebih baik. Dengan ajakan (dakwah) yang rahmat lil ‘alamin (rahmat bagi alam semesta), suatu agama akan di terima “welcome”.
Dalam hal ini , Islam mempunyai standar sendiri dalam mengenalkan dan mengajak umat untuk memeluk dan masuk kedalamnya tanpa paksaan. Sebagaimana di jelaskan dalam surat An-Nahl ayat 125:
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (QS:16)
Dan juga dipertegas dengan surat Al-kafirun ayat 6:
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ
Untukmu agamamu, dan untukku agamaku. (QS:109:6)
Dalam surat Al-Hujarat ayat 13 Allah Swt. Juga menjelaskan:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (QS:49:13)
Dari tiga landasan di atas, tidak ada perintah atau keharusan, manusia kehilangan identitas diri dan tetap saling menghormati.
Kesimpulannya adalah, agama bukan imperialisme, akan tetapi sebagai petunjuk bagi umat manusia. Suku Jawa tetap dengan identitasnya sebagai orang jawa. Begitupun Batak,Dayak,Sunda,Betawi,Madura, dan masih banyak yang lainnya.
Intinya, Indonesia dengan berbagai sukunya tidak akan di arabkan karena masuknya Islam, begitu juga Kristen,Protestan, Budha,Hindu dan Kohungcu. Indonesia tetap Indonesia dengan berbagai sukunya.
Lalu siapakah yang menjadikan agama sebagai imperialisme (penjajah) sehingga orang Indonesia harus kehilangan identitasnya karena mengikuti ke-arab-an, ke-india-an, juga ke-china-an?..Padahal sudah jelas,bahwa ajaran agama bukan menjajah tapi sebagai petunjuk bagi umat manusia!. Apakah mereka adalah orang-orang yang mau mengidentitaskan dirinya, lalu menjual agama, agar orang lain ikut,patuh, tunduk dan meninggalkan jati dirinya sebagai suatu suku atau bangsa dengan mengatasnamakan agama?..Orang cerdas pasti berfikir!..
Kemerdekaan manusia sebagai suatu bangsa dengan berbagai sukunya tidak bisa di jajah oleh agama. Sebab dogma adalah petunjuk untuk menjadi lebih baik tanpa harus kehilangan identitas juga kepribadiannya. Apakah orang suku Arab,India dan China lebih baik dari Indonesia?.. Tidak!, semua sama. Yang membedakan adalah kepatuhan kita kepada Tuhan. Dan Sang Mahabijak-pun tidak mengajarkan Indonesia harus ke-arab-an,ke-india-an dan ke-china-an, juga lainnya. Indonesia tetap Indonesia dengan berbagai sukunya, apapun agama yang di anut.
Kita bangga menyembah Tuhan dengan identitas Indonesia
Kita bangga Indonesia dengan beragam suku dan budayanya
Dan kita bangga menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia
Salam Indonesia
#AgamaBukanPenjajah
#AgamaSebagaiPetunjuk
Harun,30052020
Saturday, 30 May 2020
Wednesday, 27 May 2020
MENJUAL TSAROYA DEMI SEBUAH HARAPAN
MENJUAL TSAROYA DEMI SEBUAH HARAPAN
Wangsite wis mudun
Sebuah harapan akan datangnya masa baru,adalah keniscayaan. Wabah yang telah melanda dunia,menjadi momok yang menakutkan di setiap negara. Ada yang berasumsi,bahwa covid 19 adalah konspirasi global sebagaimana sinetron “dunia terbalik”,dengan sang komandannya Kang Aming.
Apapun asumsi atau tuduhan plus wacana yang di kemukakan,boleh-boleh saja kalau mengadopsi undang-undang kebebasan berbicara. Yang perlu di ingat adalah, apakah narasi yang anda sampaikan semakin menggoblogkan (jawa) umat?..Ataukah memang SDM (sumber daya manusia) sang penginfo masih dangkal?!.. Wallahu ‘Alam. Gusti Sing Ngecet Lombok Maha Tahu.
Apapun makanan dan minumannya, mesti yang bikin cerdas!..
Dalam beberapa literatur Hadits yang beberapa hari ke belakang viral di jelaskan, bahwa wabah akan berakhir di saat bintang tsaroya muncul. Berbagai ilustrasi di sampaikan, tidak perduli bergelar KH.Syekh,DR,dukun,paranormal, bahkan mbah Mizan sang pitakon kondang selebritis-pun ikut meramaikan.Semua sah dan tidak di larang, selama sesuai dengan ijtihad ke-ilmuannya masing-masing.
Yang perlu di tekankan adalah, kesadaran umat dalam menghadapi wabah. Selama manusia masih ngeyel dan susah diatur berdasarkan ahli bidang wabah, maka pandemi akan tetap ada,bahkan semakin luas menyebar walaupun bintang tsaroya telah datang berkali-kali.
Seorang ahli Hadits mampu menjabarkan tentang penjelasan tsaroya, tapi belum tentu ahli pandemi. Begitupun ahli falak. Beliau spesialisasi kapan tsaroya datang; bulan, hari, jam, bahkan detiknya-pun ia tahu. Sekali lagi, belum tentu dia ahli wabah. Sang ahli nerawang-pun demikian. Mau meramal dengan teknik apapun, tetap saja bukan spesilisasi pandemi.
Atas dasar pengetahuan para ahli di bidangnya masing-masing, maka tidak salah memberikan harapan tentang berakhirnya wabah covid 19. Tapi yang sangat penting adalah memberikan kesadaran tentang bahayanya pandemi tersebut.
Ingat!..wabah spanyol yang terjadi antara tahun 1918-1920 telah merenggut 50 juta,bahkan ada yang mengatakan 100 juta, termasuk di Indonesia.
Itulah pentingnya memberikan kesadaran kepada umat akan bahayanya suatu wabah. Mati urusan takdir, tapi menjaga lebih baik daripada mengobati. Anda mau mati..silahkan!, saran saya; kalau sakit janganlah berobat. Sebab ada Hadits yang menyatakan :
هُمُ الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقُونَ، وَلَا يَتَطَيَّرُونَ، وَلَا يَكْتَوُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
”Mereka adalah orang-orang yang tidak melakukan tathayyur (adalah menganggap akan tertimpa kesialan setelah mendengar atau melihat sesuatu yang tidak disukai)
tidak meminta agar diruqyah, dan tidak meminta di-kay (metode pengobatan dengan cara disundut dengan api)
Dan hanya kepada Rabb-nya mereka bertawakkal.” (HR. Muslim no. 218)
Salam waras jobo-jero
Harun,27052020
Wangsite wis mudun
Sebuah harapan akan datangnya masa baru,adalah keniscayaan. Wabah yang telah melanda dunia,menjadi momok yang menakutkan di setiap negara. Ada yang berasumsi,bahwa covid 19 adalah konspirasi global sebagaimana sinetron “dunia terbalik”,dengan sang komandannya Kang Aming.
Apapun asumsi atau tuduhan plus wacana yang di kemukakan,boleh-boleh saja kalau mengadopsi undang-undang kebebasan berbicara. Yang perlu di ingat adalah, apakah narasi yang anda sampaikan semakin menggoblogkan (jawa) umat?..Ataukah memang SDM (sumber daya manusia) sang penginfo masih dangkal?!.. Wallahu ‘Alam. Gusti Sing Ngecet Lombok Maha Tahu.
Apapun makanan dan minumannya, mesti yang bikin cerdas!..
Dalam beberapa literatur Hadits yang beberapa hari ke belakang viral di jelaskan, bahwa wabah akan berakhir di saat bintang tsaroya muncul. Berbagai ilustrasi di sampaikan, tidak perduli bergelar KH.Syekh,DR,dukun,paranormal, bahkan mbah Mizan sang pitakon kondang selebritis-pun ikut meramaikan.Semua sah dan tidak di larang, selama sesuai dengan ijtihad ke-ilmuannya masing-masing.
Yang perlu di tekankan adalah, kesadaran umat dalam menghadapi wabah. Selama manusia masih ngeyel dan susah diatur berdasarkan ahli bidang wabah, maka pandemi akan tetap ada,bahkan semakin luas menyebar walaupun bintang tsaroya telah datang berkali-kali.
Seorang ahli Hadits mampu menjabarkan tentang penjelasan tsaroya, tapi belum tentu ahli pandemi. Begitupun ahli falak. Beliau spesialisasi kapan tsaroya datang; bulan, hari, jam, bahkan detiknya-pun ia tahu. Sekali lagi, belum tentu dia ahli wabah. Sang ahli nerawang-pun demikian. Mau meramal dengan teknik apapun, tetap saja bukan spesilisasi pandemi.
Atas dasar pengetahuan para ahli di bidangnya masing-masing, maka tidak salah memberikan harapan tentang berakhirnya wabah covid 19. Tapi yang sangat penting adalah memberikan kesadaran tentang bahayanya pandemi tersebut.
Ingat!..wabah spanyol yang terjadi antara tahun 1918-1920 telah merenggut 50 juta,bahkan ada yang mengatakan 100 juta, termasuk di Indonesia.
Itulah pentingnya memberikan kesadaran kepada umat akan bahayanya suatu wabah. Mati urusan takdir, tapi menjaga lebih baik daripada mengobati. Anda mau mati..silahkan!, saran saya; kalau sakit janganlah berobat. Sebab ada Hadits yang menyatakan :
هُمُ الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقُونَ، وَلَا يَتَطَيَّرُونَ، وَلَا يَكْتَوُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
”Mereka adalah orang-orang yang tidak melakukan tathayyur (adalah menganggap akan tertimpa kesialan setelah mendengar atau melihat sesuatu yang tidak disukai)
tidak meminta agar diruqyah, dan tidak meminta di-kay (metode pengobatan dengan cara disundut dengan api)
Dan hanya kepada Rabb-nya mereka bertawakkal.” (HR. Muslim no. 218)
Salam waras jobo-jero
Harun,27052020
ESENSI KESUCIAN MUSLIM DI BULAN FITRAH
ESENSI KESUCIAN MUSLIM DI BULAN FITRAH
Seorang muslim merasakan jati dirinya lahir kembali setelah berpuasa Ramadhan dan merayakan hari yang fitrah. Siapapun kita, dan profesi apapun yang melekat pada diri. Tidak perduli tua-muda,kaya-miskin, ataupun paduka dan hamba. Semua merasakan termasuk inyong (jawa).
Hal yang paling mendasar di saat merayakan Iedul Fitri, adalah kebahagian. Bertemu orang tua,sanak saudara, tetangga, bahkan konco waktu mbeling walaupun sebatas ucapan lewat teknologi masa kini. Karena situasi dan kondisilah yang tidak memungkinkan
Inilah wujud kebersamaan di dalam meraih dan menyukuri nikmat Tuhan. Sungguh indah tidak ternilai untuk mengungkapkan rasa yang terpendam dalam dada.
Apapun makanan dan minumannnya, rasa bahagia tetap di ungkap dalam senandung obrolan di saat fitrah telah tiba.
Kebahagian inipun pernah di ungkap oleh Baginda Muhammad Saw. disaat keluar untuk melaksanakan solat Iedul Fitri. Ketika berjalan, beliau mendapatkan pemandangan yang menyayat. Ada anak kecil yang menangis sendirian, sementara teman-temannya bermain dan berbahagia merayakan hari raya. Lalu beliau-pun bertanya kepadanya;
“Nak,kenapa engkau menangis, sementara temen-temanmu bermain dan bersenda gurau. Dimana ayah-bundamu.?”. Si anak menjawab sambil menangis “ Kanjeng, bunda sudah wafat. Sementara ayah syahid di medan laga”. Baginda-pun menyahut “Wahai anakku,mulai saat ini, jadikan aku sebagai orang tuamu, kamu jangan bersedih lagi”. ( Kisah di kutip dari kitab Durrotun Nasihin).
Sebuah nasihat, siapapun harus memberikan kebahagian, bukan kesedihan. Ketenangan, bukan profokasi. Keindahan bukan keburukan.
Itu semua di lakukan demi mencapai esensi dari sebuah arti fitrah (suci) dibulan mulia yang penuh maaf. Apakah kita mau menggadaikan diri dengan berbuat sesuatu yang di larang ajaran Tuhan?..ataukah cahaya Ilahi yang ada dalam hati sengaja engkau redupkan demi mengikuti ajakan nafsu yang menggoda dan menggelora?.. Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang. Mari sambut hari yang fitrah ini dengan menyambung kembali tali persaudaran. Allah Maha Pengampun, sebanyak apapun dosa kita, pasti di hapus. Tidak ada gading yang retak. Setiap manusia pasti ada salah dan dosa.
Belum terlambat untuk menyampaikan minal ‘aidin wal faaiziin-mohon maaf lahir dan batin. Rasakanlah, betapa lapangnya hati, ketika kita saling memaafkan atas salah dan dosa yang dilakukan,baik sengaja atau tidak.
Dimana dan kapanpun kita berada, tidak menjadi masalah. Jarak bukan ukuran. Tapi silaturahim dan saling memaafkan adalah harapan.
Salam Iedul Fitri 1441 H
#EdisiSuci
#KesucianAdalahHarapan
Harun Beserta Keluarga,menyampaikan; MINAL AIDIN WAL FAAIZIIN-MUHON MAAF LAHIR DAN BATIN
Kediri,25052020
Seorang muslim merasakan jati dirinya lahir kembali setelah berpuasa Ramadhan dan merayakan hari yang fitrah. Siapapun kita, dan profesi apapun yang melekat pada diri. Tidak perduli tua-muda,kaya-miskin, ataupun paduka dan hamba. Semua merasakan termasuk inyong (jawa).
Hal yang paling mendasar di saat merayakan Iedul Fitri, adalah kebahagian. Bertemu orang tua,sanak saudara, tetangga, bahkan konco waktu mbeling walaupun sebatas ucapan lewat teknologi masa kini. Karena situasi dan kondisilah yang tidak memungkinkan
Inilah wujud kebersamaan di dalam meraih dan menyukuri nikmat Tuhan. Sungguh indah tidak ternilai untuk mengungkapkan rasa yang terpendam dalam dada.
Apapun makanan dan minumannnya, rasa bahagia tetap di ungkap dalam senandung obrolan di saat fitrah telah tiba.
Kebahagian inipun pernah di ungkap oleh Baginda Muhammad Saw. disaat keluar untuk melaksanakan solat Iedul Fitri. Ketika berjalan, beliau mendapatkan pemandangan yang menyayat. Ada anak kecil yang menangis sendirian, sementara teman-temannya bermain dan berbahagia merayakan hari raya. Lalu beliau-pun bertanya kepadanya;
“Nak,kenapa engkau menangis, sementara temen-temanmu bermain dan bersenda gurau. Dimana ayah-bundamu.?”. Si anak menjawab sambil menangis “ Kanjeng, bunda sudah wafat. Sementara ayah syahid di medan laga”. Baginda-pun menyahut “Wahai anakku,mulai saat ini, jadikan aku sebagai orang tuamu, kamu jangan bersedih lagi”. ( Kisah di kutip dari kitab Durrotun Nasihin).
Sebuah nasihat, siapapun harus memberikan kebahagian, bukan kesedihan. Ketenangan, bukan profokasi. Keindahan bukan keburukan.
Itu semua di lakukan demi mencapai esensi dari sebuah arti fitrah (suci) dibulan mulia yang penuh maaf. Apakah kita mau menggadaikan diri dengan berbuat sesuatu yang di larang ajaran Tuhan?..ataukah cahaya Ilahi yang ada dalam hati sengaja engkau redupkan demi mengikuti ajakan nafsu yang menggoda dan menggelora?.. Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang. Mari sambut hari yang fitrah ini dengan menyambung kembali tali persaudaran. Allah Maha Pengampun, sebanyak apapun dosa kita, pasti di hapus. Tidak ada gading yang retak. Setiap manusia pasti ada salah dan dosa.
Belum terlambat untuk menyampaikan minal ‘aidin wal faaiziin-mohon maaf lahir dan batin. Rasakanlah, betapa lapangnya hati, ketika kita saling memaafkan atas salah dan dosa yang dilakukan,baik sengaja atau tidak.
Dimana dan kapanpun kita berada, tidak menjadi masalah. Jarak bukan ukuran. Tapi silaturahim dan saling memaafkan adalah harapan.
Salam Iedul Fitri 1441 H
#EdisiSuci
#KesucianAdalahHarapan
Harun Beserta Keluarga,menyampaikan; MINAL AIDIN WAL FAAIZIIN-MUHON MAAF LAHIR DAN BATIN
Kediri,25052020
LOGIKA DANGKAL DAN PEMIKIR SEMPIT
LOGIKA DANGKAL DAN PEMIKIR SEMPIT
Bag.2
Mari sadar dan menyadari
Sebuah pemikiran yang berdasarkan ontologi (nash) episteme dan aksiologi akan berbobot dan penuh manfaat ketika sang pembuat sarat dengan pengalaman dan ilmu pengetahuan.
Memviralkan tagar dengan bumbu agama dan kondisi sosial, adalah salah satu cara efektif untuk mendapatkan legitimasi umat. Sebab, sumber daya masyarakat ( SDM) Indonesia masih belum mandiri, baik dalam pemikiran ataupun pijakan. Sehingga mudah untuk dipengaruhi dengan tampilan/ postingan yang memukau.
Contoh sederhana adalah,maraknya ngustad (mendadak ustadz) atau ngulama (ulama instan). Dengan modal tampilan ala ustadz / jubah ulama, dan masifnya team kreatif untuk pemasaran identitas, maka tanpa menunggu lama, apa yang di harapkan akan di raih. Inilah yang di sebut “bencana di atas bencana”. Artinya, membodohi umat yang yang belum mandiri, dan menjajah kemerdekaan dalam berfikirnya untuk tujuan pribadi ataupun golongan.
Aksi lain yaitu, maraknya tagar dengan bumbu agama dan kondisi sosial “Solat jumat,jamaah,tarawih dimasjid-musola di larang, tapi mall,pasar ,dll. tetap ramai”. Apabila kita menggunakan logika agama, maka seola-olah, pembuat kebijakan (pemerintah) salah kaprah,bahkan dituduh PKI,anti Islam. Sebab, pemikiran umat masih dangkal tentang masalah agama dan sensitifnya isu agama ketika di viralkan.
Coba saja kita rasakan, siapa yang berani menghina Islam,maka dia musuh. Pertanyaannya adalah; benarkah ia menghina dan anti Islam,bahkan memusuhinya?..ataukah memang penganut agama ini mudah untuk menjustifikasi sesuatu tanpa tabayun atau konfirmasi?..Kalau memang demikian, maka bersiaplah, kebodohan umat akan semakin nyata. Sebab mereka tidak mau belajar atas tindakannya. Sing penting melu (ikut) memviralkan sebuah tagar.
Tagar yang belakangan viral “Solat jumat,jamaah,tarawih di larang, tapi mall,pasar,diskotik buka. Ini apa!..kemungkaran harus di lawan, selama hayat masih di kandung badan,saya akan berjuang membela rakyat. Takbiiir”. Buuum!..
Mari cerdas,jangan mudah terpengaruh, apalagi terprovokasi. Karena kita tidak bodoh ketika di ciptakan Tuhan.
Kebijakan jaga jarak (sosial distancing atau psycal distancing) yang di lakukan pemerintah demi kebaikan rakyatnya. Ketika solat berjamaah di masjid dan sesuai dengan SOP (standar operasi) kesehatan, maka kegiatan tersebut akan di longgarkan. Akan tetapi yang sulit adalah mengatur dan belum sadarnya umat, yang menyebabkan aturan tersebut di terjang.
Coba lihat di sekeliling kita, masih banyak yang mengabaikan peringatan bahayanya covid 19 bagi manusia. Pemerintah memberikan arahan untuk memakai masker, jaga jarak dan tidak bergerombol. Tapi mereka abai. Di mall,pasar, bahkan tempat nongkrong yang biasa anda ngumpul ngopi sak udude penuh dengan pelanggaran. Kalau mau tertular covid 19, ya silahkan. Mau di pasar,diskotik, atau tempat lainnya. Tapi jangan karena kecerobohan anda,membuat membuat tempat ibadah, seperti masjid,mushola,gereja,pura dll. terpapar. Bahkan di sebut sebagai klaster baru dalam penyebaran virus corona.
Masjid dan tempat ibadah lainnya bukan tempat penyebaran klaster baru covid 19. Tapi kecerobohan dan susahnya mengatur umat, akan menjadikan kesuciannya ternoda.
Masjid adalah rumah Tuhan, tapi kenapa engkau kotori dengan sebutan “tempat penyebaran virus”. Apakan memang kita susah di atur?..ataukah memang ajaran agama yang penuh kedisiplinan engkau abaikan?..
Membuat sadar dan menyadari, memang sulit. Memprovokasi umat dengan bumbu agama dan kondisi sosial sangat mudah dan murah meriah.
Salam Ramadhan
#EdisiWaras
#SelamatHariRayaIedulFitri
#MohonMaafLahirBatin
Harun dan keluarga
Kediri,23052020
Bag.2
Mari sadar dan menyadari
Sebuah pemikiran yang berdasarkan ontologi (nash) episteme dan aksiologi akan berbobot dan penuh manfaat ketika sang pembuat sarat dengan pengalaman dan ilmu pengetahuan.
Memviralkan tagar dengan bumbu agama dan kondisi sosial, adalah salah satu cara efektif untuk mendapatkan legitimasi umat. Sebab, sumber daya masyarakat ( SDM) Indonesia masih belum mandiri, baik dalam pemikiran ataupun pijakan. Sehingga mudah untuk dipengaruhi dengan tampilan/ postingan yang memukau.
Contoh sederhana adalah,maraknya ngustad (mendadak ustadz) atau ngulama (ulama instan). Dengan modal tampilan ala ustadz / jubah ulama, dan masifnya team kreatif untuk pemasaran identitas, maka tanpa menunggu lama, apa yang di harapkan akan di raih. Inilah yang di sebut “bencana di atas bencana”. Artinya, membodohi umat yang yang belum mandiri, dan menjajah kemerdekaan dalam berfikirnya untuk tujuan pribadi ataupun golongan.
Aksi lain yaitu, maraknya tagar dengan bumbu agama dan kondisi sosial “Solat jumat,jamaah,tarawih dimasjid-musola di larang, tapi mall,pasar ,dll. tetap ramai”. Apabila kita menggunakan logika agama, maka seola-olah, pembuat kebijakan (pemerintah) salah kaprah,bahkan dituduh PKI,anti Islam. Sebab, pemikiran umat masih dangkal tentang masalah agama dan sensitifnya isu agama ketika di viralkan.
Coba saja kita rasakan, siapa yang berani menghina Islam,maka dia musuh. Pertanyaannya adalah; benarkah ia menghina dan anti Islam,bahkan memusuhinya?..ataukah memang penganut agama ini mudah untuk menjustifikasi sesuatu tanpa tabayun atau konfirmasi?..Kalau memang demikian, maka bersiaplah, kebodohan umat akan semakin nyata. Sebab mereka tidak mau belajar atas tindakannya. Sing penting melu (ikut) memviralkan sebuah tagar.
Tagar yang belakangan viral “Solat jumat,jamaah,tarawih di larang, tapi mall,pasar,diskotik buka. Ini apa!..kemungkaran harus di lawan, selama hayat masih di kandung badan,saya akan berjuang membela rakyat. Takbiiir”. Buuum!..
Mari cerdas,jangan mudah terpengaruh, apalagi terprovokasi. Karena kita tidak bodoh ketika di ciptakan Tuhan.
Kebijakan jaga jarak (sosial distancing atau psycal distancing) yang di lakukan pemerintah demi kebaikan rakyatnya. Ketika solat berjamaah di masjid dan sesuai dengan SOP (standar operasi) kesehatan, maka kegiatan tersebut akan di longgarkan. Akan tetapi yang sulit adalah mengatur dan belum sadarnya umat, yang menyebabkan aturan tersebut di terjang.
Coba lihat di sekeliling kita, masih banyak yang mengabaikan peringatan bahayanya covid 19 bagi manusia. Pemerintah memberikan arahan untuk memakai masker, jaga jarak dan tidak bergerombol. Tapi mereka abai. Di mall,pasar, bahkan tempat nongkrong yang biasa anda ngumpul ngopi sak udude penuh dengan pelanggaran. Kalau mau tertular covid 19, ya silahkan. Mau di pasar,diskotik, atau tempat lainnya. Tapi jangan karena kecerobohan anda,membuat membuat tempat ibadah, seperti masjid,mushola,gereja,pura dll. terpapar. Bahkan di sebut sebagai klaster baru dalam penyebaran virus corona.
Masjid dan tempat ibadah lainnya bukan tempat penyebaran klaster baru covid 19. Tapi kecerobohan dan susahnya mengatur umat, akan menjadikan kesuciannya ternoda.
Masjid adalah rumah Tuhan, tapi kenapa engkau kotori dengan sebutan “tempat penyebaran virus”. Apakan memang kita susah di atur?..ataukah memang ajaran agama yang penuh kedisiplinan engkau abaikan?..
Membuat sadar dan menyadari, memang sulit. Memprovokasi umat dengan bumbu agama dan kondisi sosial sangat mudah dan murah meriah.
Salam Ramadhan
#EdisiWaras
#SelamatHariRayaIedulFitri
#MohonMaafLahirBatin
Harun dan keluarga
Kediri,23052020
Subscribe to:
Comments (Atom)